Jumat, 06 Februari 2015

Untuk Yang Menunggu

Hallo, masihkah kau di tempat yang sama?
Tempat yang sama, tempat dimana engkau selalu menunggunya. Bagaimana, apakah sudah ada kabar terbaru darinya? 
Darinya, manusia biasa yang telah kau nanti selama bertahun-tahun.

Hei, masihkah kau menangis karena hal yang sama?
Hal yang sama, yang selalu membuat air matamu lebih produktif hingga mengalir begitu saja di pipimu. Bagaimana, apakah kau sudah merasa lelah?
Barang kali, kau sudah lelah dan merasakan kepenatan karena menunggu.

Oh ya, masihkah kau menyimpan semua potret tentang dirinya?
Dirinya yang belum juga peka akan rasa yang kau miliki. Jadi bagaimana, apakah kau akan melanjutkan penantianmu?
Apa kau yakin takkan menyerah dan berhenti saja sampai disini?

Silahkan kau lanjutkan penantian akan cintanya. Aku takkan melarangmu. Hanya, jika boleh aku memberi saran, istirahatlah dulu walau sejenak. Rehatlah sebentar, itu hati bukan robot.
Ingat walau engkau masih bersikeras mempertahankan keinginanmu untuk tetap menunggunya, setidaknya perhatikan lah hatimu yang meringis kesakitan karena ulahmu sendiri.

Lagi pula, untuk apa menunggu suatu hal yang belum jelas kepastiannya?
Hanya membuang-buang waktu, sia-sia, tak berguna. Seharusnya, kau bisa lebih menyayangi hatimu. Dari pada terus menerus menyayangi hatinya yang jelas-jelas tak juga mencoba mengerti tentang rasa yang ada di hatimu.

Coba saja, kau mau mendengarkan nasihatku. Mungkin hari ini, kau takkan berteman dengan ketidakpastian. Mungkin juga, kau takkan mengenal kata menunggu. Dan sudah pasti, kau takkan tahu artinya berjuang sendirian. Berjuang mempertahankan apa yang menurutmu berarti, tanpa di anggap berarti olehnya, yang kau tunggu.

Berjuang itu sudah biasa bagi insan yang menginginkan kebahagiaan. Tapi berjuang untuk seseorang yang pantas di perjuangkan dan memperjuangkan hati kita, itu lebih indah. Lebih istimewa. Dan tentunya lebih menyenangkan, dari pada berjuang sendiri. Berjuang sendirian, jatuh cinta sendirian, tak lelahkah engkau?

Sudahlah, tak usah kau sesali. Nasi sudah menjadi bubur! Lebih baik, kau belajar membuka hati untuk sesuatu yang baru. Tinggalkan dia, tak usah kau tunggu. Gunakan waktu yang tersisa di hidupmu, untuk mendapatkan kepastian dari seseorang yang baru. Yang akan memastikanmu menjadi berarti dan menemani hidupnya.

"Untuk yang menunggu. Tak lelahkah, engkau?"

6 komentar:

  1. Aku teraindir. Tapi aku suka tulisan ini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf jika merasa tersindir. Sampai typo gitu komentarnya :)))
      Terima kasih sudah berkunjung, erpita ...

      Hapus
  2. Menunggu melelahkan daripada berlari :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berlari untuk mengejar yang tak pasti juga melelahkan, ka' ....
      Terima kasih sudah berkunjung :)

      Hapus
  3. aku merasa tersindir. kamu harus mengobati nya . hehehe ):

    BalasHapus
  4. Maaf bila merasa tresindir. Minta obatnya pada orang yang kamu tunggu aja, ya :)
    Terima kasih sudah berkunjung Rinika ..

    BalasHapus