"Aku selalu suka sehabis hujan di bulan Desember, di bulan Desember. Seperti pelangi, setia... menunggu hujan reda."
Lagu yang menemaniku di saat hujan seperti ini. Hujan, kopi dan sebuah catatan pendek untuk cinta yang panjang karya Boy Candra, membuatku hanyut melupakan segalanya. Setidaknya, untuk sementara waktu. Perpaduan yang pas, untuk sedikit berpaling dari apa-apa tentangmu. Engkau yang gagal ku temui dari penghujung tahun hingga kini. Entah siapa yang berpura-pura sibuk diantara kita.
Tahukah kamu, aku masih menantikan saat-saat bertemu dengan mu lagi. Aku masih berharap untuk bisa mengenalmu lebih dekat lagi. Aku masih ingin memiliki cerita denganmu, yang (mungkin) nantinya bisa menjadi akar dari tulisan picisan yang ku buat di kemudian hari.
Tenanglah, kau tak perlu risau pun menjauh. Aku berjanji, jika semesta merestui pertemuan kita, aku tak akan membicarakan hal-hal yang membuat hatimu terasa pelik pun sulit.
Rintik hujan masih menaungi senja senduku di sini.
Bagaimana dengan keadaanmu di sana?
Semoga tak kau dengar rintihan rindu dari perempuan ini, yang mencoba tegar walau sebenarnya berjiwa ringkih.
Kau pasti tak suka dengan ku, jika kau dapati bahwa engkaulah si inspirator dalam setiap kata yang ku eja belakangan ini. Maafkan aku ya, bagaimana pun aku hanya seorang puan yang tak memiliki daya dan upaya lain untuk menunjukkan rasaku padamu.
Jika sudah seperti ini, ku sesap lagi aroma si hitam manis yang mampu menghangatkan ku. Aku si penikmat kopi, si penyuka senja dan hujan serta si pemuja engkau yang masih asyik memelihara kenangan. Entah, siapa dia yang mampu mengurungmu dalam kerangkeng masa lampau.
Yang ku tahu pasti, ia perempuan yang cantik. Buktinya, kau sempat jatuh hati padanya. Bahkan hingga kini, kau masih berlayar mengharu biru di lautan kenangan bersamanya.
Hehehe, maaf... Bukan maksud menertawakan mu. Mana tega aku tertawa di atas penderitaan mu?
Yang perlu kau tahu, dahulu aku sempat seperti mu. Bahkan, lebih miris dari apa yang kau rasakan sekarang. Perihal diabaikan, diacuhkan hingga ditinggalkan, aku paham betul bagaimana rasa itu. Rasanya begitu getir, bukan? :')
Semoga kau tak berlarut-larut dalam sesuatu yang hanya menghadiahkan mu sebuah tangisan.
Sebagian orang berkata "Tahun baru, lembaran baru."
Mereka selalu mudah mencibir kita, yang sama-sama masih sulit untuk berlari meninggalkan sesuatu yang telah lalu. Andai saja cinta mereka seperti apa yang aku dan kau rasakan pada seseorang di masa lalu, andai saja luka yang mereka dapat sama seperti apa yang aku dan kau dapatkan dari seseorang di masa lalu. Pasti, mereka takkan berani mencemooh kita. Benar begitu, bukan?
Memang, tak sepantasnya aku membandingkan kisah masa lalu ku dengan kenangan mu. Tapi, kita memiliki persamaan. Ya, seperti yang ku katakan di awal tadi, aku pernah merasakan, berada, dan tinggal di hati yang tak pernah mengganggap dan menginginkan ku ada. Hingga akhirnya ia memilih menghindar, pergi dan meninggalkan. Bedanya, kau pernah merangkul dan memilikinya sedang aku tak sempat. Karena tak pantas.
Kau sedikit lebih beruntung daripada aku. Meski akhinya kau hancur juga setelahnya.
Malam pergantian tahun, selalu penuh dengan warna-warni keceriaan yang membuncah hasil dari kembang api yang tersulut. Bagus, malam itu tak hujan. Sehingga bisa menghadirkan bahagia disetiap pasang mata yang melihatnya. Meski hari kedua dan ketiga di awal tahun ini masih saja dijatuhi rintik hujan. Tak apa. Setidaknya, karena itu kita masih menghargai kenangan.
Bukan kah hujan selalu bisa meresonansi ingatan yang berbuah kenangan?
Haaah... semoga saja semua ini cepat mereda, dari mulai hujan, duka hingga luka yang masih ada. Sebab aku, sudah tak betah dan mungkin sudah berhasil menyimpan rapat dan meninggalkan Tuan di masa lalu itu. Sekarang, tinggal engkau saja yang harus berusaha keras berpaling darinya. Kira-kira kau mampu atau tidak?
Maaf, bukan maksud mencampuri urusan hatimu, aku hanya sekadar memastikan, apakah kita bisa sama-sama berjuang? Perihal berjuang untuk melupakan dan menanggalkan kenangan.
Jika kau tak bisa, aku tak akan susah payah berlama-lama menantikan mu. Tak akan lagi menampar mu, guna membuat mu sadar bahwa ia terlalu sering meninggalkan lebam di hatimu.
Tapi, jika kau bisa. Ayo, mari kita bersama!
Bersama mencoba menikmati hujan berdua, berdua sembari duduk dengan merapalkan do'a-do'a baru tentang kita, tentang kita yang sama-sama (mungkin) merindukan pelangi itu ada.
Di awal tahun 2016, semoga kau lekas bergegas meraih cintaku yang bisa membuatmu bernapas lega, karena aku tak ingin lagi merasakan hati yang luka dan terhempas.