Senandung sapaan lembut menerpa.
Menyentuh relung hati terdalam, menerka-nerka kicauan apa lagi yang akan kau hadirkan untukku?
Tajamnya tatapanmu telah tepat menghujam jantungku, berdebar hati ini, senyum simpul yang timbul memberikan rasa manis di setiap hariku.
Akankah, engkau menjadi selamanya untukku?
Perangaimu yang tegas, membuatku yakin dan meyakini kehadiranmu.
Tempatku melepas penat, tempatku menggantungkan rindu, tempatku melahirkan cita dan cinta, tempatku melarungkan perih, (dan mungkin) tempatku pulang.
Segala sesuatu tentangmu memang selalu menarik setiap poros hati dan pikiranku.
Oh, apakah kau sebenar-benarnya pemilik hati si wanita angkuh ini?
"Anggun" Ucapmu.
Bagaimana bisa, seorang lelaki yang teramat sempurna, terjerumus pada perangkap wanita yang memelihara monster dijiwanya?
"Menawan" Ucapmu.
Dasar bodoh, cepat atau lambat kau akan tersadar betapa berbahayanya aku.
Aku yang jika sedikit saja tergores luka, akan membalas dengan keji.
Inilah aku, yang mampu memberi sayatan sayatan luka yang tak akan kau temui obat atau penawarnya, selain mencintai dan menerima segala tentangku (lagi).
Apa kau siap dengan semua resiko mencintaiku?
Engkau layaknya buku bacaan yang selalu bisa ku lumat habis disetiap lembar ceritanya.
Terkadang, kau seperti anak kecil yang menaiki biang lala.
Dan aku adalah balon warna warni, permen gula-gula dan mainan kegemaranmu yang sulit kau bagi dan kau beri pada yang lain.
Takkan pernah kau bagi!
Takkan rela untuk diberi pada yang lain!
Apakah engkau, begitu takut kehilanganku?
Bagaimana jika, maut datang menghampiriku?
"Akan ku tantang maut dan ku rayu dia, untuk membawaku ke tempatmu juga" Ucapmu.
Ya Tuhaaan, manusia macam apa yang berani bermain dengan maut?
"Manusia pemberani" Katamu tegas.
Aku menatapmu penuh, tak seinci pun ku lewati setiap guratan di wajahmu.
"Tampan" Gumamku.
Lalu kita tertawa dan menertawakan kebodohan yang ada.
Seolah bangga dengan dirimu, yang bisa menaklukan hati wanita yang penuh trauma ini. :')
Bisakah kita menjadi sesuatu?
"Sudah" Ungkapmu.
Bisakah kita berlari liar, bergerak bebas, berbicara lantang pada semesta tentang kupu-kupu ber-irama cinta, di kedua dada kita?
"Selalu, aku sudah mengudara sejak pertama bertemu denganmu!" Sebuah pengakuan konyol darimu.
Aku terdiam sejenak, seolah waktu terhenti hanya untukku (maap, maksudku untuk kita juga).
Apakah ini nyata atau hanya sekadar canda?
Tubuhmu yang tegap nan gagah, memeluk hangat tubuh mungil ini.
Begitu tenang, kata itulah yang terucap dari bibir ini.
Usahamu yang selalu sungguh, terlampau tulus selalu melindungi dan menyelimutiku dengan perasaan aman dan nyaman.
Hangatnya begitu terasa pada setiap malam yang terlalu kelam untukku.
Apakah kita selalu bisa mengungkapkan segalanya?
Akankah kita selalu bisa merasakan semuanya?
Apa-apa yang selalu menjadi inginmu, apa-apa yang selalu menjadi anganku, akankah kita melangkah bersama selamanya?
Tapi katamu, tak perlu ragu menyebrang pulau dan membelah lautan denganmu, bukan?
Jangankan hal sepele seperti itu, untuk terbang kelangit ketujuh pun, kau selalu mengatakan mampu dan sanggup selama bersamaku.
Lagi-lagi kau hadirkan tenang sampai ke alam bawah sadarku.
Magis, entah do'a-do'a apa yang kau rapalkan.
Yang pasti aku selalu bersyukur telah menemukan dan dipertemukan denganmu.
Manusia yang tak pernah sekalipun ku bayangkan, untuk menjadi seseorang dihidupku yang carut marut ini.
Tetap tegar menghadapiku, ya...
Tetap manis dihadapanku, ya...
Tetap setia denganku, ya...
Akan ku pastikan, aku bisa membalas segalanya.
Untuk cinta kasih, rindu yang setiap detiknya selalu meletup-letup, sentuhan lembut, sapaan hangat serta senyuman manis darimu, ku haturkan terima kasih, Tuan...
Bersamamu aku hempaskan luka derita, karena bersamamu aku selalu terbang gembira, mengudara bersama semua kebahagiaan di setiap atmosfer bumi.
Satu pintaku, kekal lah aku dihatimu!
Hingga aku akan selalu berakhir dipelukanmu.