Apa bingkisan yang paling pantas untuk seseorang yang gemar memelihara kenangan?
Apa kejutan yang paling menyenangkan untuk seseorang yang gemar memupuk rindu?
Beribu kali pertanyaan-pertanyaan serupa muncul berhamburan di akar pikiran wanita yang sangat keras kepala ini.
Terkesan bebal, seperti tuli yang enggan mendengar teriakkan orang lain yang menyuruhnya segera "sadar".
Sadar dari sosok bayang yang telah lalu.
Sadar dari segala angan yang takkan pernah berbuah nyata.
Sadar dari semua lamunan yang membuang waktunya.
Sadar bahwa semuanya telah menjadi sia-sia.
Dalamnya hati takkan pernah bisa di ukur.
Besarnya rindu takkan pernah bisa di takar.
Lalu, mengapa ada sosok manusia yang dengan mudahnya menebak isi hati dan mencuri rindu pada diri si wanita ini?
Sial, masih saja ia terjatuh pada lubang yang sama, namun dengan perangkap yang berbeda.
Tubuh mungilnya mulai merasakan dinginnya menahan rindu, hingga menggigil ia menampik rasa itu.
Hatinya bergejolak, perlahan hangat, seperti ada letupan cinta yang sudah lama tertahan di jiwanya.
Sedang pikirannya selalu terjaga, untuk membuatnya tetap waras dan memberi sinyal "perhatian".
Perhatian pada dirinya, agar tak mengulang kegalalan lagi.
Perhatian pada dirinya, agar tak tersandung batu kekecewaan lagi.
Perhatian pada dirinya, agar tak perlu mengais tangisan lagi.
Perhatian pada dirinya, agar tak usah memulai sembuh karena luka lagi.
Cinta dan luka, sepaket rasa yang pasti akan selalu ada disetiap kehidupan seseorang.
Hari ini mencinta, esok (bisa saja) pasti terluka.
Hari ini terluka, esok (bisa saja) pasti dicinta dan mencinta.
Wanita ini seperti sedang berjudi memainkan dadu keberuntungan untuk kehidupan cinta yang masih gamang.
Semua jiwa, menginginkan seseorang yang akan selalu menetap dan tetap untuk hidupnya!
Tapi apakah semua orang akan selalu menetap dan tetap dengan seseorang yang tepat?
Lagi-lagi wanita ini melemparkan dadu, bermain judi kehidupan yang entah akan membawa nya pada cinta atau luka.
Di musim yang sama, ia bertemu sosok yang membuatnya hidup kembali.
Entah jatuh cinta atau jatuh berkeping-keping, yang akan ia dapatkan nanti.
Yang pasti, ini bukan suatu atmosfer baru untuknya.
Sebelumnya, di masa lampau, ia pernah melumat habis keraguan untuk membuka hati dan mencintai seseorang.
Ya, kisah sebelumnya terlalu getir untuk dikisahkan kembali.
Tapi di musim ini, tak apa kan, jika ia mengulang sesuatu yang ia benci?
Hanya untuk mengingatkan, betapa sakitnya, betapa hancurnya, betapa rapuhnya, betapa tololnya, betapa buruknya ia karena sempat percaya pada seseorang yang berjanji.
Hanya itu, hanya untuk berjaga-jaga dari segalanya yang (mungkin) akan melukai hidup si wanita ini.
Ia bukan tak tahu apa yang ia butuhkan.
Ia bukan tak tahu apa yang ia inginkan.
Ia hanya tak ingin, untuk mengulang musim.
Seperti di masa lalu, musim semi yang penuh cinta, namun seketika harus gugur sebelum waktunya karena badai yang tak pernah ia duga.
Kini yang ia harap hanya satu musim, yang bisa menjaganya tetap bahagia dengan kehangatan dan kenyamanan kecil, pun sederhana.
Musim yang akan selalu membawanya pada sebuah kebahagiaan, yang ia idamkan selama ini.
Entah bagaimana caranya, wanita ini hanya memeluk dirinya sendiri lebih erat dari sebelumnya.
Di musim kali ini, ia berusaha mencintai dirinya sendiri agar tak mengulang musim yang penuh tangisan yang pedih dan sedih.