Mungkin engkau takkan pernah percaya, bahwa sesungguhnya aku sudah berusaha mempertahankan apa-apa yang layak untuk dipertahankan. Entah itu mengenai engkau, aku atau waktu yang selama ini membuat kita utuh atau bahkan runtuh. Hidup itu selalu penuh dengan berbagai opsi. Aku mengerti itu. Tapi, bisakah kau memilih opsi yang menyelamatkan segala?
Engkau pasti tahu, bagaimana aku menunggu, bagaimana aku merindu dan bagaimana aku menjadikan mu sebuah candu dalam hidup. Yang selalu ku cari dan ku butuhkan. Enak ya, menjadi seseorang seperti mu? Seseorang yang selalu di tunggu, seseorang yang selalu di rindu, seseorang yang selalu membuat hatiku luruh. Sungguh, engkaulah samudera yang selalu ingin ku arungi. Tanpamu, aku rapuh.
Kita pernah saling berusaha, meski usahaku lebih kuat dari segalanya. Kita pernah saling mempertahankan, meski hanya aku yang kuat bertahan hingga nanti. Kita pernah saling berputus asa, meski aku yang tak pernah mau berputus asa. Kita pernah saling mendendam, meski hanya aku yang meredam segala dendam yang ada. Lalu, dimana daya dan upaya mu?
Mengapa seolah-olah semesta mengagungkan aku dan mengutukmu dalam sebuah karma?
Kini, mereka menertawakan mu. Mereka menyiksamu dengan segala rasa dosa dan bersalah. Bersalah pada siapa? Kepadaku! (mungkin).
Tidakkah engkau merasakan, sulitnya mengambil cinta dari hati yang ku miliki? Hati yang di masa lalu pernah engkau buang dan kau sia-siakan. Kini, engkau ingin meraihnya lagi?
Tunggu, tak semudah itu wahai ksatria.
Tak semudah itu kau merayu dan merenggut kembali apa-apa yang aku miliki. Memang, hingga kini dan nanti engkaulah satu-satunya lelaki yang bertahta didalam hati ini. Tapi, maafkan aku. Semesta telah melarang ku. Melarang ku untuk menerima mu dan menyambut dirimu kembali. Guncangan yang terjadi dalam diriku begitu dahsyat hingga membuat seisi hatiku gaduh.
Kepergianmu di musim yang lalu, membuatku merasa sendiri dan terbiasa menyendiri. Selama ini, aku mencoba memahami kepergianmu yang tiba-tiba, tanpa pesan dan tanpa alasan. Seharusnya, dulu kau menitipkan sebuah janji yang mampu mengikatku dengan segala imaji tentang mu yang hendak pergi. Mungkin, kini aku masih mau menyambut kedatangan mu dari perjalanan mu yang tak ku ketahui.
Ketahuilah, wahai ksatria.
Takkan pernah mudah untuk menemukan jalan kembali bagi siapapun yang tiba-tiba memutuskan untuk pergi. Takkan pernah ada pintu yang terbuka untuk siapapun yang memilih hilang dari harapan seseorang. Seseorang seperti ku, yang selalu meninggikan engkau bagai dewa yang menjanjikan nirwana. Meski kenyataannya hanya dunia abstrak yang ku terima.
Kepada siapapun yang memilih pergi, pergilah kemanapun kaki mu melangkah. Pergilah kemanapun arah sanggup menuntunmu. Pergilah tanpa harus menoleh pada sesuatu yang telah lalu, sesuatu yang mungkin telah engkau kubur dalam-dalam. Dan janganlah engkau kembali pada sisi yang sama, karena kini sisi itu tak serupa, berbeda. Takkan lagi kau menemukan jalan untuk pulang pada hati yang telah kau tinggalkan begitu saja. Karena disana, takkan ada apa-apa untuk engkau yang memilih pergi.
Tertanda,
Yang meninggalkan mu karena kepergianmu.
ini kok aku jadi sedih.. :(
BalasHapusTak usah sedih atau risau.
HapusTerima kasih sudah berkunjung :)