Sabtu, 22 Maret 2014

Sayap Pelindungku

Waktu itu, aku sampai di kota mu. Kota tempat mu mencari ilmu, tempat mu bekerja dan tempat mu tinggal untuk beberapa tahun kedepan. Aku senang, saat bertemu denganmu. Moment yang selama ini selalu aku tunggu, akhirnya terjadi. Aku bisa melihat sosok nyata darimu, bukan bayang-bayang semu yang selama beberapa bulan ini menggangguku.
"Kamu gemukan ya?" sambil tersenyum aku memulai pembicaraan dengan mu.
"Wah, masa? bukannya waktu terakhir bertemu, kamu bilang aku kurus banget ya?" ucapmu
"Ouh ya? hahaha kamu masih inget aja, apa-apa yang aku omongin ke kamu." senyum lebar tampak di wajahku tapi seperti biasa kamu hanya membalas senyuman dan mengelus-ngelus rambutku. hmm, nyaman. Nyaman rasanya bila berada didekat mu, sepertinya waktu terhenti walau sejenak. Dunia serasa milikku, dan hanya ada aku dan kamu menguasai seluruh atmosfer di muka bumi ini.

Aku datang padamu tanpa disengaja, hanya sesuatu yang kebetulan tak pernah sedikit pun terbesit dibenakku untuk datang dan menemui mu di kota itu. Kalau bukan karena pekerjaan yang harus aku selesaikan, mungkin aku takkan pernah bisa bertemu denganmu di kota itu.
Kota itu, layaknya surga yang memberi kerinduan pada manusia-manusia yang memiliki harapan untuk bertemu dengan seseorang yang dicinta. Kota itu laksana magis yang mengundang manusia-manusia untuk datang, bertemu dan meraih cinta yang mungkin hampir hilang.

Saat itu, setelah aku selesai mengerjakan tugas kantor, kita memutuskan untuk bertemu di sebuah food court yang tak jauh dari tempatmu bekerja. Seperti biasa, kamu selalu memesankan menu yang sama untukku. Aku duduk tepat di depanmu, rasanya masih sama seperti dulu, saat kita masih menjalani hari-hari bersama walaupun tanpa suatu ikatan apapun. Bukan kah hidup tanpa suatu ikatan yang mengekang itu lebih baik?
Mungkin, bisa saja baik bila memang diantara kita berdua tidak ingin ada satupun hati yang merasakan sakit saat mengalami kehilangan sesuatu yang menurut kita berharga.

"Masih, memilih mana sayuran yang bisa dimakan?! eh, sorry ... maksudnya masih milih sayuran yang enak untuk dimakan?" Ucapmu sambil memandang ku penuh arti.
Sebenarnya aku benci, saat kamu bertanya tentang kebiasaan ku memilih-milih sayuran itu. "Lah, bukannya dari dulu kamu tahu, aku ngga pernah suka sayur." sambil mengaduk-ngaduk salad yang sudah ia berikan untukku.
"Hahahaha, sampai kapan mau perang dingin sama sayuran? lucu deh, ayo makan saladnya! dikit aja, enak kok ... sesuap aja, apa perlu aku suapi?"
Konyol, kamu selalu seperti itu mengiming-imingiku dengan suapan yang kau beri, agar aku mau memakan sayuran di salad itu. wes biasa ....
"Ah, ngga usah, ngga usah ... aku ngga mau makan ini, aku mau makan kentang sama steak nya aja." aku kekeuh dengan kebiasaan ku yang tak pernah menghabiskan salad.
"Dih, dasar ... tetep bandel ya!" sambil tersenyum, kamu mengatakan kalimat itu.

Kamu, dari dulu hingga sekarang. Selalu tahu tabiat, kebiasaan, dan tingkah ku. Selalu sabar, tenang dan memaksa ku untuk melakukan hal-hal yang mungkin aku benci. Ya ... seperti menyuruhku untuk memakan sayuran, yang tak pernah ku suka. Tapi aku suka, aku suka saat-saat kamu memaksa ku memakan sayuran, aku suka saat kamu marah-marah agar aku selalu bisa memakan sedikit saja dari tumbuhan-tumbuhan yang berwarna warni itu. Menurutku itu salah satu perhatian yang kamu berikan kepadaku.

Hari itu, sudah genap satu tahun aku menyendiri setelah putus dari kekasih ku yang terdahulu. Aku coba untuk memberitahukannya kepadamu.
"eh, sekarang kan tanggal 13 Maret."
"Iya, terus kenapa?" selidikmu
"Sekarang tanggal 13 Maret, itu artinya udah satu tahun aku jomblo! hahaha" aku menjelaskan sambil tertawa terbahak-bahak, menghibur diriku sendiri.
"Lah, kirain apaan. Emang kenapa kalau udah satu tahun? Udah kepengen punya pacar lagi?"
"Ngga, ngga kok. aku masih nyaman dengan keadaan seperti ini. Sendiri, bebas tanpa harus terkekang oleh siapapun yang jelas-jelas belum tentu jadi jodoh sejati untuk hidupku."
"Lantas, kenapa kamu tiba-tiba membahas itu? Sudah lah, bukankah dengan keadaan sekarang ini kamu sudah bahagia? Sampai kapanpun, saat kamu berdua dengan yang lain atau sendiri, aku tetap ada untuk kamu, bukan? Aku selalu menempatkan diri sebagai seseorang yang selalu peduli akan hidupmu. Iya kan?"
ah, Tuhan .... apa-apaan aku ini, apa yang baru saja aku katakan? Apa yang ku inginkan dan apa yang ada didalam pikiranku?
"ah, iya ... kamu memang selalu jadi bagian didalam hidupku. Tak peduli suka duka, susah senang, kamu selalu menjadi penyemangat hidupku. Terima kasih, ya!" Ucapku padamu, saat itu.

Aku dan kamu, memang telah banyak melintasi dimensi waktu. bertahun-tahun saling mengisi dan melengkapi meski bukan siapa-siapa, meski tanpa satu hubungan dan ikatan yang jelas, tapi kita selalu bersama tak peduli dengan ocehan diluaran sana tentang kita, yang terpenting kamu melindungiku dan sebisa mungkin aku mencoba melindungimu. Aku merasa seperti sosok yang sempurna, sosok yang teristimewa dihidupmu saat kamu memberi sentuhan-sentuhan kecil dalam hidupku.

Kamu selalu bisa meyakinkan ku akan hal-hal yang kurasa tak mungkin aku lakukan dan tak mungkin aku hadapi. Ucapanmu, persepsimu selalu bisa diterima mentah-mentah oleh nalarku. Aku selalu setuju dengan pendapatmu tentang hal-hal itu. ah, pokoknya iya, iya kamu benar-benar raja hipnotis didalam hidupku. Sayap pelindungku dari segala kesedihan dan kecemasan yang menyelimuti hidupku, dahulu, kini, esok hingga entah sampai kapan, aku selalu yakin bahwa kamu selalu menjadi sayap pelindungku. Disaat aku kelu melawan getir.

Ya, meski terkadang aku bertanya dalam hati, sampai kapan kita seperti ini. Hidup didalam ketidak pastian dalam kedekatan kita berdua. Tapi aku coba untuk mengerti, tak semua bisa bersatu dalam suatu ikatan. Terkadang ada sebagian orang yang memilih untuk berteman dan membiarkannya mengalir begitu saja, karena alasan takut. Takut disaat bersama itu dapat merusak kedekatan yang telah terjalin selama ini. Bukan kah, seperti itu? Tak selamanya cinta harus bersatu, terkadang harus terpisah agar tak pernah mengenal kata berpisah. Terima kasih untuk semua yang telah kamu berikan, selamanya kamu yang terbaik didalam hidupku. Tetap menjadi sayap pelindungku, saat ku merasa jauh untuk menggapai mimpi, cita dan cintaku :')

Jumat, 21 Maret 2014

Dari Segala Keindahan

Terkadang semua terasa jauh, padahal itu semua nampak jelas dipelupuk mata. Hanya saja, mungkin hati-hati kita menolak untuk melihatnya. Seolah buta dari segala keindahan yang dibawa oleh sesuatu yang lumrah disebut cinta.

Terkadang aku pun merasa seperti itu, serasa orang-orang yang buta. Yang tak melihat sesuatu, walau itu terlihat. Serasa orang-orang yang membuang dan berpaling dari segala keindahan yang dibawa oleh sesuatu yang lumrah disebut cinta.

Terkadang ingin rasanya menjeritkan getir yang terasa. Tapi apa daya aku tak bisa berbuat banyak, seolah tenang dan lekang hidupku bertemankan getir itu. Iya, getir yang membuatku nyaman dan bersembunyi dari kenyataan. Bersembunyi dari kenyataan., dari segala keindahan yang dibawa oleh sesuatu yang lumrah disebut cinta.

Terkadang kita merasa rindu pada malam. Malam yang selalu menghadirkan mimpi berhiaskan bayang-bayang seseorang yang di damba. Hingga membuat kita membenci akan hadirnya pagi yang hangat itu. Padahal pagi esok bisa saja menjadi awal dari segala. Dari segala keindahan yang dibawa oleh sesuatu yang lumrah disebut cinta.

Terkadang aku ingin tahu, apakah kau sama seperti ku? Seperti aku yang bertahan di dalam getir yang meninggalkan kelu, disini. Apakah kau pun seperti itu?
Yang menolak menatap sesuatu yang baru, yang bertahan dengan sesuatu yang telah  berlalu. Yang mungkin jauh dari segala keindahan yang dibawa oleh sesuatu yang lumrah disebut cinta.

Terkadang saat lelah menghampiri, rasa untuk meninggalkanmu semakin menyeruak. Jika saja aku tak selemah ini, jika saja aku tak sebodoh ini. Mungkin, aku telah bahagia dan mengecap rasa manis dari segala keindahan yang dibawa oleh sesuatu yang lumrah disebut cinta.

Terkadang aku ingin membisikkan kalimat itu. Kalimat pernyataan bahwa aku tak bisa menanggalkan rasa padamu. Rasa yang membuatku diam disini, menanti, menanti dan entah untuk kesekian kalinya aku selalu menanti dari hadirmu yang telah lalu. Yang menurutku engkau adalah sesuatu dari segala keindahan yang dibawa oleh sesuatu yang lumrah disebut cinta.