Minggu, 22 Desember 2013

Sesuatu tentang Ibu

Selamat siang, Ibu .. Aku bersyukur kepada Tuhan, karena tadi pagi aku masih diijinkan untuk melihat senyumanmu dibalik kesibukkan yang kau lakukan di dapur. Setiap harinya aku tak pernah bosan menatap keikhlasan yang terpancar dari wajah yang penuh dengan guratan lelah itu.
Menyayangi, mencintai, mendidik dan mengurus kami, anakmu. Tanpa pamrih dan tanpa menginginkan sesuatu apapun selain melihat anak-anakmu tersenyum bahagia dan berhasil.

Aku masih ingat, Ibu. Dimana kau selalu membacakan dongeng untuk teman pengantar tidurku. Si kancil, Kisah Nabi Muhammad, Kisah putri nirmala di majalah Bobo itu, bahkan dongeng tentang Malin Kundang yang selalu kau ceritakan, dengan harapan anakmu ini tidak pernah menjadi seseorang yang durhaka.
Kau selalu berkata kepadaku, Ibu. Tentang semua hal yang terjadi dimasa lampau hingga semua hal yang kau harapkan akan terjadi dimasa depan. Meski kini, kau masih berjuang mewujudkan hal yang kau harapkan itu.

Ibu, kau bukan seorang business woman yang menggunakan skirts, blouse, blazer dengan bibir yang dihiasi oleh warna lipstik merah itu, bukan. Kau juga bukan seorang wanita yang selalu mengajarkan pelajaran Matematika, Bahasa Inggris dan Indonesia di sekolah. Dan kau juga bukan pemuka agama yang selalu berceramah tentang hal-hal keagamaan, bahkan kau juga bukan chef restoran yang selalu menghidangkan menu-menu super nikmat setiap harinya, bukan. Kau hanyalah seorang wanita biasa, seorang Ibu rumah tangga, bidadari yang diturunkan Tuhan ke dunia untuk melayani Bapakku (suami mu) untuk selalu menjaga, menyayangi, mendidik dan tanpa kenal lelah selalu mendo'akan kami, anakmu.
Suatu amanah yang sangat besar diberikan oleh Tuhan kepadamu, Ibu. Bangun diwaktu shubuh, mengadahkan tangan untuk berdo'a. menyiapkan semuanya, makanan untuk sarapan hingga kecupan hangat yang kau berikan kepada kami. Itu selalu kau lakukan, Ibu. Tak ada kata bosan. Tak jarang, saat waktu menunjukkan seperempat malam, kau masih saja mengambil wudhu dan menghiasi tubuhmu dengan mukena. Dan di keheningan malam, engkau menceritakan semua yang terjadi dihari itu. Bersyukur atas semuanya sambil memuja-muji nama Tuhan di butiran-butiran tasbihmu.

Ibu, kau selalu memperhatikan bagian-bagian terkecil dalam kehidupan. Pandangan dimatamu begitu luas akan makna kehidupan. Kau yang mengajarkan ku segalanya. Iya, segalanya. Bahkan diusia ku yang sudah berkepala dua ini, kau masih saja memperhatikanku, memberi nasihat layaknya aku ini masih anak kecil yang duduk dipangkuanmu. Iya, itu selalu kau lakukan, Ibu. Karena itulah, sejauh apapun aku melangkah, sejauh apapun aku pergi, pada akhirnya aku selalu memiliki alasan untuk kembali pulang. Kembali pulang ke pangkuanmu, Ibuku tercinta. Melupakan segala masalah, menghilangkan rasa gundah dan selalu diselimuti kebahagiaan, bila aku selalu ada didekatmu, Ibu.

Hari ini memang hari Ibu, layaknya seorang anak yang menyayangi Ibunya, akupun tak lupa mengucapkan selamat hari Ibu untukmu, Ibu. Tapi lebih dari itu, aku ingin menjadikanmu seseorang yang paling bahagia di jagat raya ini, seseorang yang paling berhasil yang telah melahirkan dan mendidik anak kecilnya menjadi seorang wanita dewasa yang selalu berbakti pada orang tua. :')
Terima kasih Ibu, untuk semuanya. Sesuatu yang berharga dan berkilau. Semoga engkau selalu sehat dan senantiasa bahagia.





Senin, 02 Desember 2013

Masih Tentang Dirimu

"Apalah artinya pagi tanpa tetesan embun, apalah artinya siang tanpa hangatnya mentari, apalah artinya senja tanpa sentuhan lembayung, apalah artinya malam tanpa kilauan bintang dan apalah artinya diri ini tanpa dirimu disini?!"
Aku, masih menjadi aku. Sesosok jiwa yang kini terlalu rapuh. Menanti, masih menanti rengkuhan kekasih.
Kamu, masih tentang kamu. Sebuah karya agung ciptaan-Nya. Dinanti, yang masih dinanti oleh jiwa yang rapuh.

Kamu layaknya lembayung senja, yang selalu ku rindukan keberadaannya. walau warnamu telah sayu dimataku.
Kemana arah angin bersemilir? Disana ada aku, yang selalu mencoba mencium aroma kehadiranmu.

Cinta, bagaimana keadaannya? Masihkah kamu merindukannya?
ah, siapa yang tak rindu pada sentuhan cinta? Siapa yang tak ingin jatuh cinta?
Semua, bahkan aku. Aku selalu ingin merasakan jatuh cinta bersamamu. Ya, hanya bersamamu aku ingin merasakannya.
Bagaimana dengan yang lain? Yang lain, aku tak ingin jatuh cinta selain dengan mu. Karena kamu, adalah satu-satunya cinta yang nyata untuk kehidupanku. Entah cinta di masa lalu, sekarang atau masa depan. Aku hanya ingin kamu. Masih ingin kamu dan semua ini masih tentang kamu.

Tidakkah kamu merasakan perasaan ini?
Ini, perasaan yang selalu ada, yang selalu bersemi dan ku pupuk dengan kasih sayang ketulusan sebuah penantian. Penantian panjang yang tak tahu sampai kapan.
Lalu, bagaimana dengan perasaan mu?
Masihkah, dingin seperti dulu? Masihkah, tak peduli kepadaku?
Masihkah, mempesona seperti dulu? Masihkah, acuh tak acuh kepadaku?

Yang pasti, yang harus selalu kamu ingat. Aku, masih menjadi seseorang yang menantimu, disini!
Tak sekejap pun aku dapat berpaling dari bayangan silau tentang mu. Tak sedetik pun, aku dapat berpaling dari indahnya sosokmu.
Dulu, kini mungkin sampai nanti, kamu masih dan akan selalu menjadi sosok utama yang ku dambakan di dalam hidupku, di setiap napas yang ku eluhkan selalu ada rintihan do'a untuk mu. Ya, masih tentang mu.