Kamis, 30 April 2015

Aku Bisa Apa?

Semua diluar kendali. Tak ada yang bisa diharapkan. Dari rencana, mimpi juga cita-cita yang telah lama di rangkai, kini sudah luluh lantah berserakkan. Apa yang akan terjadi, tak bisa lagi dipungkiri.
Pernah ku mengira, semua aman. Berada tepat di jalurnya, tapi kenyataannya? Tak semudah dan seindah yang dipikirkan.

Ku coba berdiri, melangkah dan mengejar sekuat yang aku bisa. Demi apa? Demi memperbaiki keadaan, walau tak bisa mengembalikannya seperti semula, setidaknya aku masih mampu untuk (mencoba) memperbaikinya. Walau lagi-lagi ada saja kata "walau" yang hadir didepan setiap usaha yang aku lakukan.
Sebenarnya, aku tahu ini percuma yang berbuah sia-sia. Sama saja bukan?
Tapi aku, sang puan yang tak mudah kalah pada keadaan. Ku coba, menarik kembali apa-apa yang sempat ada dan ku miliki dahulu. Dan kau tahu, itu sulit.

Maaf, jika aku sekeras ini. Keegoisan ku memang selalu merajai pikiranku. Sulit untuk menyadarkan bahwa tak ada guna mempertahankan apa-apa yang memang sudah ingin pergi dari lingkaran hidupku.
Bukan maksud mengekangmu, bukan juga mengganggu atau menghantuimu. Aku pun sadar, kau sudah tak ingin lagi mengenal aku. Mengenal aku dengan segala tentang ku.

Tapi apakah semudah itu, Tuan?
Semudah itu kah, kau mengingkari semua ucapan yang selalu ku aminkan?
Semudah itu kah, kau menyerah pada jarak yang (dulu) kau anggap tak seberapa itu?
Semudah itu kah, kau melupa tentang segala yang sempat kita berkahi bersama?

Ku akui, kau sebagai segala. Tempat ku berpulang, pun kembali. Tak bisakah, engkau bersikap sama seperti ku?
Mungkin hatimu belum bisa berucap, sehingga mudahnya engkau memilih keluar dari lingkaran hidupku. Ingat, saat pikiranmu tak lagi waras. Setidaknya, kau masih memiliki hati yang berfungsi dengan baik.
Lelah yang kau rasa itu wajar. Begitu juga dengan lelahku. Tapi tak ada niatan sedikitpun dariku untuk menyerah. Tidak, Tuan.

Tapi apalah yang lebih penting dari kebahagiaan dan senyummu?
Tega rasanya, jika aku membuatmu kembali bersama dan memerintahkan engkau untuk menetap denganku. Sedangkan, sama sekali tak ada damai dan irama gembira dihidupmu. Lagi-lagi, aku hanya bisa berkata "Aku bisa apa?"
Coba jawab. Aku bisa apa, Tuan?!

Aku, Puan si penikmat kopi. Sedang engkau, Tuan si pecinta wine. Aku bisa apa?
Aku, Puan yang menyukai berkahnya pagi. Sedang engkau, Tuan yang menyayangi sakralnya malam. Aku bisa apa?

Setidaknya aku bisa mengerti. Tak baik memaksakan kehendak. Lebih baik kalah dan rela membiarkan cinta pergi dari pada harus mempertahankannya sedang ia, sudah tak ingin bertahan dengan semua yang ada.
Dan setidaknya Tuhan dan semesta menyaksikan bahwa keyakinan ku luar biasa, untuk (mencoba) menang dan mempertahankan engkau, meski akhirnya aku juga yang kalah dan menuai lelah sendirian.

20 komentar:

  1. Balasan
    1. Jangan di sadap mas ahaha
      Terima kasih sudah berkunjung :)

      Hapus
  2. terkadan, melepaskan itu adalah jalan yang terbaik~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya jev, betul betul betul
      Terima kasih sudah berkunjung :)

      Hapus
  3. Melepaskan bukan berarti menyerah. Terkadang dalam melepaskan seseorang, setelah beberapa lama kalian bisa mengetahui seberap besar cinta kalian kepada orang tersebut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kita juga bisa tau sejauh mana kita butuh dan membutuhkan seseorang saat dia jauh dari kita.
      Terima kasih sudah berkunjung :)

      Hapus
  4. wah akhirnya dilepaskan juga yah si tuan :) ... Mungkin ini yang dinamakan cinta tak harus memiliki.. hihi

    BalasHapus
  5. Tuan? :)))
    Masih banyak kisah tentang Tuan. Tak cukup sampai disini.
    Terima kasih sudah berkunjung :)

    BalasHapus
  6. Nantik jugak kita akan tau sampai batas kapan kita akan bertahan.. :'D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul, mba.
      ga usah bersusah payah untuk melupakan, kalo masih mampu bertahan. Karena semuanya pun akan lelah pada waktunya. Seperti lelah untuk bertahan dengan semua, misalnya. :')
      Terima kasih sudah berkunjung :)

      Hapus
  7. Kalau memaksakan kehendak juga ga baik xixixi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semua yang dipaksakan selalu berbuah tak baik.
      Terima kasih sudah berkunjung :)

      Hapus
  8. biarkalah cinta pergi ikhlaskan dan relakan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga bisa kuat mengikhlaskan ya ..
      Terima kasih sudah berkunjung :)

      Hapus
  9. sabar aja ya mba, memang cinta itu terkadang menyakitkan, tapi ya sudah lah iklas dan sabar aja yah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tenang saja mba, dev .. Apa yang saya tulis belum tentu itu, saya.
      Terima kasih sudah berkunjung :)

      Hapus
  10. memaksakan kehendak gak baik mbak,udah ikhlaskan dan tetap tabah.Semangat!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha semangat juga, nindi !!!
      Terima kasih sudah berkunjung :)

      Hapus
  11. ikhlaskan ,masih ada seseorang yg mungkin sudah lama menunggu.
    cayoooo mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, kira-kira siapa gerangan yang sudah lama menunggu itu ?
      Terima kasih sudah berkunjung :)

      Hapus