Senin, 02 Februari 2015

Menyalahkan Kamu

Sore ini, aku sangat terburu-buru menulis surat cinta untuk mu. Tak banyak waktu yang ku miliki untuk mencurahkan perasaan ku di surat ini.
Surat yang (mungkin) takkan pernah terbaca atau dibaca oleh mu. Surat yang (mungkin) takkan pernah ku kirimkan atau dikirimkan kepada mu. 

Aku bingung, bagaimana menyampaikan ini semua. Aku tahu, kamu bukan seorang lelaki yang romantis, bukan seorang lelaki yang melankolis dan juga bukan seorang lelaki yang menyukai kata-kata puitis. Bagimu, semua itu hanya sesuatu yang berlebihan. Sesuatu yang hanya membuang-buang waktu. Ah, seharusnya aku tahu, semua yang ku lakukan ini hanya sia-sia.

Apakah kamu tahu, apa yang membuat ku telat menulis surat cinta untuk hari ini?
Hari ini, tiba-tiba saja kepala ku diserang rasa sakit. Pusing sekali rasanya, seperti ada ribuan monster yang memukul-mukul kepala ku secara terus menerus. Terbayang tidak, rasa sakitnya seperti apa?
Bukan maksud ku bersifat berlebihan dan mencari perhatian padamu. Tapi sungguh, Tuan ... Aku sedang sakit sekarang. Jika sudah seperti ini, hanya satu yang muncul di dalam pikiranku. Rasa takut yang menakutkan ku.

Aku takut. Takut jika aku terus menerus sakit seperti ini, aku tak bisa memikirkan mu. Aku takut, tak bisa memperhatikan mu, meski dari jauh. Aku takut, takut tak bisa lagi mencari tahu segala sesuatu tentang mu. Karena jika aku sedang sakit seperti ini, pasti dokter menyarankan kepadaku untuk beristirahat dan tidak memikirkan banyak hal yang membuat ku cemas. Kamu tahu tidak, salah satu hal yang selalu membuatku merasa cemas itu adalah kamu. Kamu yang masih menguasai isi dari pikiran dan hatiku. 

Saat tidur siang tadi, aku bermimpi dan memimpikan kamu. Di mimpi itu, aku menyaksikan kamu sedang tersenyum. Seharusnya aku bahagia karena telah di jenguk oleh mu (meski hanya dalam mimpi) tapi setelah aku bermimpi tentang mu, yang ada hanya rasa kesal yang ku rasa. Aku kesal karena di mimpi itu, kamu tersenyum pada seseorang yang bukan aku. Entah siapa perempuan yang beruntung mendapatkan senyuman darimu, dalam mimpi ku tadi siang.

Jika sudah seperti itu, ingin rasanya aku menyalahkan mu. Menyalahkan mu atas rasa sakit dan kesakitan ini. Maaf, mungkin aku terlalu picik karena selalu menyalahkan mu atas segala sakit yang ku rasa. Apakah aku sudah terlalu jahat padamu, Tuan?
Atau jangan-jangan, kamu yang selama ini jahat kepada ku?

Kamu jahat, karena tak pernah mempedulikan ku, tak pernah menganggap ku ada, tak pernah mau mengenal ku lebih jauh. Jahat sekali, bukan?
ah, lagi-lagi aku harus mengucapkan kata maaf padamu. Maaf, aku selalu menyalahkan mu. Seolah-olah kamu biang keladi dari apa yang ku rasakan selama ini.

Padahal jika saja aku tidak terlalu mengharapkan mu, jika saja aku tidak terlalu percaya padamu, jika saja aku tidak terlalu menganggap mu berarti, mungkin aku takkan pernah merasakan kesakitan ini. Mungkin saja, aku takkan pernah menyalahkan mu seperti ini. Tapi, tenang saja. Meski perlakuan mu tak sesuai dengan perlakuan yang ku berikan padamu, aku akan tetap menganggap mu sebagai seseorang yang terbaik dalam hidupku.

Aku berjanji, takkan pernah mengeluh dengan apa yang terjadi dalam hidupku. Rasa sakit yang ku rasakan sekarang, tak akan membuat ku lemah, tak akan membuat ku rapuh. Ini belum seberapa, Tuan. Aku perempuan yang kuat, Tuan. Aku kuat karena mu!
 
Terima kasih Tuan. Dan maaf, karena sampai sekarang aku belum berani menyisipkan namamu di dalam semua tulisan atau surat yang ku buat ini. Tapi, percayalah. Percayalah, bahwa apa yang ku ungkapkan ini, adalah inspirasi yang ku dapatkan saat memikirkan mu. Untuk kamu sang inspirasi dalam hidupku, Aku mencintaimu.

4 komentar:

  1. orang yang jatuh cinta diam-diam :))

    BalasHapus
  2. jangan berisik jev, nanti semua orang tau. bukan cinta diam-diam ladi deh, namanya :))

    BalasHapus
  3. Tiap hari jadi keterusan baca suratnya nih :)

    BalasHapus