Senin, 23 Februari 2015

Tergantung Pilihanmu

Oke, langsung saja pada pokok permasalahan!
Engkau merasa takut mencintaiku? 
Mengapa kau bisa merasakan ketakutan yang tak beralasan?
Aku dengar, kau takut tersakiti jika mencintaiku. Benarkah itu, Tuan?
Konyol, tak bisa ku percaya. Seorang lelaki yang biasa meninggalkan jejak luka dihati para lawan jenisnya itu merasa ketakutan. 
Apakah kau, sangat mengenal dan mempercayai karma?

Jika boleh aku tahu, memangnya apa saja yang telah kau lakukan sehingga mereka; rekan sejawatku, mengeluarkan kesedihan, amarah hingga mengutukmu dalam do'a. 
Apa yang telah terjadi, Tuan?
Baiklah, akan ku jaga privasi tentang dirimu. Tenang, aku takkan memaksa engkau untuk menceritakannya padaku. Lagi pula, apa peduliku padamu? 
Tapi jika suatu saat kau berubah pikiran, dan ingin berbagi ketakutan mu padaku, silahkan!
Dengan senang hati aku akan mendengarkan kisah kelam mu itu.

Seberapa dalam kau mempercayai pribahasa "Siapa yang menanam, dia yang akan menuai" seberapa persen kau mempercayainya, Tuan?
Entahlah, aku tak yakin bahwa benih yang kau taburkan selama ini adalah benih kebaikan. Benih kebaikan yang menjelma dalam cintamu. Maaf, bukan maksudku untuk menghakimi engkau. Aku hanya curiga. Jangan-jangan, selama ini kau menuai karma karena tingkahmu yang kurang mengenakkan hati para perempuan itu. Aku merasa prihatin atas hal ini, sungguh!

Oh ya, apa benar kau sangat suka bermain dan sangat suka pada suatu permainan?
Jika iya, ayo kita bermain!
Aturan mainnya, sangat sederhana. Engkau cukup menunjukkan kesungguhan mu padaku. Kesungguhan untuk mendapatkan hati beserta cintaku. Dari berita yang beredar, katanya diriku ini adalah sosok perempuan yang selalu mengganggu pikiranmu selama ini. Apa benar seperti itu, Tuan?
Apa benar, kau menyukai aku? 
Ayo kita mulai permainan ini. Segera kita selesaikan permainan, aku sudah tak sabar untuk mengetahui akhir dari permainan ini.

Jika benar kau menyukai ku, aku sangat tersanjung sekali karena bisa disukai oleh seorang lelaki sepertimu. Tapi maaf, jangan berharap lebih. Meski aku mengakui semua kesempurnaan yang kau miliki, aku takkan bertindak gegabah seperti perempuan-perempuan yang kau campakkan itu. 
Tabu. Pantang bagiku, untuk memuji lawan jenisku secara terang-terangan. Apalagi sampai mengutarakan isi hatiku pada lelaki seperti engkau. Cih, bisa-bisa kau semakin besar kepala karena hal ini.

Baiklah Tuan, akan ku tenangkan rasa ketakutan mu yang tak beralasan itu. Aku akui, aku berlagak jinak-jinak merpati agar kau bisa tetap berusaha menerkam diriku. Sekaligus memberi pelajaran padamu, bahwa tak semua bunga yang kau inginkan bisa dengan mudah engkau petik. Aku memang sama, aku pun serupa dengan bunga-bunga itu. Tapi camkan hal ini. Aku berduri, hati-hati dengan duri yang ku miliki. 
Aku bisa saja kau miliki, tergantung usahamu untuk mendapatkan aku. Aku bisa saja takjub dan takluk pada sosokmu, tergantung caramu menakjubkan dan menaklukkan aku. 

Kini, ku serahkan semuanya padamu. Kau bebas memilih, mau kau apakan perasaanku ini. Tergantung caramu memainkan permainan yang ku berikan. Jika engkau sanggup dan berjanji untuk selalu menghadirkan tawa, kebahagiaan dan berbagi segala keluh kesah yang kau miliki padaku hingga akhir, aku pun akan menghargai dan membalas cintamu. Tapi, jika engkau hendak melakukan hal yang sama padaku. Membuatku kecewa hingga meninggalkan jejak luka seperti yang kau tinggalkan pada hati perempuan-perempuan itu, aku pun akan bertindak dan memberikan hal yang sama padamu.

***

Untuk lelaki yang gemar mempermainkan,
Semuanya tergantung padamu. Mana permainan yang akan kau pilih?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar