Rabu, 18 Februari 2015

Yang Selalu Merindukan Malam

Malam memang tak pernah ingkar dengan sunyinya. Berhiaskan gelap dengan lampu temaram seadanya. Meski begitu, selalu saja ada yang membuat rindu. Entah karena ingatan yang saling beradu, atau memang suasana malam yang mengajaknya berkunjung dan diam sejenak di tempat segala ingatan berada.

***

Engkau memiliki keluarga, teman bahkan seseorang yang mencintaimu. Tapi mengapa engkau memilih untuk selalu mengajakku bicara, padahal engkau tahu ini sudah terlalu larut untuk mendengarkan ocehanmu itu. Dan maaf, meski berpuluh-puluh kali engkau mencoba berbincang denganku, aku takkan bisa membalas atau menjawab setiap ucapan yang kau tujukan padaku. 

Semalam, dua malam hingga beberapa malam setelah kejadian itu, engkau seolah bersahabat dengan ku. Seolah sudah berkerabat sangat lama. Iya, memang aku sudah tak asing lagi dengan sosokmu dan tentu saja engkau juga cukup lama mengenalku. Engkau sudah terbiasa dengan kehadiran ku selama ini, tapi mengapa baru kali ini engkau menganggapku ada. Saat kau bercerita tentang semua yang telah terjadi padamu, aku ingin sekali melontarkan kalimat seperti ini "Engkau siapa? Apakah kau mengenaliku?"

Bukan maksudku untuk tak mau tahu mengenai apa yang selalu kau utarakan padaku. Tapi, aku sudah lelah. Sudah malam, langit pun menggelap. Seharusnya kau bisa mengerti itu, tak sepantasnya perempuan muda seperti mu tidur larut dan bertemankan dinginnya malam. Sesekali kau bertutur kata padaku, sesekali kau teguk lagi air hitam itu, kau menyebutnya dengan kopi. Untungnya itu tak membuatmu mabuk, jika sampai engkau mabuk dan tak sadarkan diri, entah apa yang harus aku perbuat. Aku kalut.

Aku mencoba menelisik, apa yang membuatmu merindukan malam. Kesunyiannya kah?
Ah, ku rasa engkau bukan seseorang yang menyukai kesunyian. Bukankah engkau seseorang yang periang? Tapi mengapa engkau begitu risau akhir-akhir ini, apa karena engkau tak menyukai lelaki yang tak lama lagi akan menjadi lelakimu?
Bukankah, ia seseorang yang tampan?
Jika aku menjadi engkau, aku akan lekas mengiyakan dan pergi dengan lelaki itu. Akan ku bawa dia berkelana.

Tapi, engkau bergeming. Di suasana yang hening, engkau memutuskan keinginanmu sendiri. Engkau berkata, bahwa dia bukanlah seseorang yang selama ini engkau harapkan. Engkau berkata, bahwa dia takkan mampu memenuhi semua harapanmu. Engkau mengucapkan itu berkali-kali kepadaku, padahal aku kan bukan Ayah dan Ibumu. Bukan juga lelaki yang di jodohkan denganmu. Tak ada gunanya berkeluh kesah pada aku si dinding tua yang mulai rapuh. Sudahlah, ku mohon hentikan, Nona!

Perihal harapan yang selamanya menjadi harap dihidupmu, biarkanlah. Lupakanlah mengenai harapan-harapan yang tak bisa kau buat nyata karena keputusan orang tua mu. Lagi pula, seseorang; lelaki yang lain itu, lelaki yang kau kenal, lelaki yang kau inginkan, lelaki pertamamu itu, juga tak bisa mewujudkan semuanya. Jangankan untuk mewujudkan, untuk melahirkan kebahagiaan di hidupmu saja dia tak kuasa, bukan?

Kepada Nona, perempuan yang selalu merindukan malam. Bertemankan aku, si dinding tua yang bisu. Kini, aku tahu mengapa engkau selalu mengagungkan malammu. Engkau menyukai pemandangan bulan dengan bintang-bintang, mendengarkan orkestra malam dari sang pangeran kodok dan putri jangkrik. Dan saat malam, engkau mampu menciptakan kebahagiaanmu sendiri. Mengenang dan merindunya yang telah lalu, lagi dan lagi. 
Aku mohon, jika nanti engkau menikah dan pergi dari rumah orang tua mu ini, anggaplah dia dan segera berkenalanlah dengan dinding kamar di rumah mu yang baru. Ku harap kebahagiaan selalu hadir disetiap malam yang selalu engkau rindukan.


                                Tertanda,

Dinding tua kamarmu yang berwarna merah muda

6 komentar:

  1. hmm, langit malam selalu di penuhi dengan sejuta rindu~

    BalasHapus
  2. Iya jev, benar sekali.
    Terima kasih sudah berkunjung :)

    BalasHapus
  3. Tentang rindu, kita selalu berharap segalanya tak berakhir menyedihkan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, segala kebaikan selalu hadir dalam harapan mengenai rindu.
      Terima kasih sudah berkunjung :)

      Hapus
  4. Nggak semua malam sekarang sunyi. Ehe eheheh eheheheh...

    BalasHapus